Article

Sebentar lagi akan hadir, pertama di Indonesia, nelayan dengan sertifikat MSC (Marine Stewardship Council)

[6th November 2018 / London, UK]

IPNLF menyambut baik kemajuan yang dihasilkan oleh salah satu anggota perusahaan perikanan – PT Citraraja Ampat Canning – perusahaan perikanan tuna sirip kuning berbasis kapal pole-and-line di Sorong yang akan segera mendapatkan sertifikasi MSC untuk produk mereka.

 

Kabar bahwa PT Citraraja Ampat Canning (PT CRAC) – perusahaan perikanan tuna sirip kuning berbasis kapal pole-and-line di Sorong – yang akan segera bersertifikatMarine Stewardship Council (MSC) dan siap untuk memasok produk bersertifikat tersebut ke pasar lokal maupun internasional sebelum akhir tahun ini telah disambut baik oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (KKP), International Pole & Line Foundation (IPNLF) dan perusahaan anggota lain yang terlibat dalam rantai pasokan. IPNLF percaya bahwa prestasi PT CRAC dalam mendapatkan sertifikasi MSC akan menjadi dorongan besar bagi rantai pasokan one-by-one tuna di Indonesia. IPNLF juga percaya bahwa dukungan untuk mewujudkan lebih banyak perusahaan yang bersertifikat MSC di Indonesia juga akan meningkat pesat.

 

perikanan tuna sirip kuning berbasis kapal pole-and-line di Sorong telah menangkap dan memproses sebanyak 2.647 ton cakalang dan 543 ton tuna sirip kuning. PT CRAC saat ini juga sedang mengekspor produk pole-and-line ini ke pasar di Singapura, Malaysia dan Eropa. Dengan menyediakan pekerjaan untuk nelayan dan pekerja ikan, industri perikanan ini memberikan kontribusi penting bagi penghidupan ekonomi lokal dan ketahanan pangan. Conformity Assessment Body (CAB) telah merekomendasikan PT CRAC untuk mendapatkan sertifikasi MSC dengan perkembangan saat ini telah memasuki tahap terakhir dari proses sertifikasi. Jika tidak ada keberatan yang diajukan selama periode 15 hari yang berakhir pada 16 November 2018 nanti, maka PT CRAC akan segera disertifikasi sesuai dengan standar MSC.

 

Dalam surat dukungan terkait sertifikasi MSC untuk perikanan cakalang dan tuna sirip kuning, Yuliadi, Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan di KKP, mengatakan KKP akan sepenuhnya mendukung tindakan yang ditetapkan dalam Rencana Aksi Klien (Client Action Plan) untuk perikanan tuna sirip kuning berbasis kapal pole-and-line di Sorong. Baik dalam mempromosikan Harvest Strategy atau Harvest Control Rules di Western and Central Pacific Fisheries Commission (WCPFC) untuk kedua spesies tuna tersebut demi tujuan yang lebih kompatibel, strategis serta demi pengendalian penangkapan ikan yang lebih baik untuk perairan kepulauan Indonesia. KKP lebih lanjut menegaskan niatnya untuk meneruskan semua tindakan yang diidentifikasi dalam Rencana Aksi Klien tersebut agar lebih berkelanjutan.

Mengomentari pengumuman baru-baru ini, Trian Yunanda, Kasubdit SDI ZEEI dan Laut Lepas, KKP, mengatakan, “Sertifikasi perikanan tuna pole-and-line di Sorong dapat membuka jalan bagi perikanan Indonesia lainnya yang sedang berusaha mencapai sertifikasi MSC. Pengumuman ini menghadirkan peluang besar bagi semua pemangku kepentingan dari pemerintah, industri maupun mitra LSM untuk terus bekerja secara kolaboratif demi meningkatkan keberlanjutan perikanan skala kecil yang penting ini.” Sementara itu, Martin Purves, Managing Director dari IPNLF, memuji upaya teguh para nelayan tuna pole-and-line di Sorong, anggota rantai pasok dari PT CRAC, dan pemangku kepentingan lainnya dalam upaya mengikutsertakan PT CRAC kedalam penilaian penuh MSC. Dia juga mengakui dukungan penting yang diberikan oleh KKP membuat semuanya menjadi dapat terlaksana. “Kami semua senang bahwa usaha kita sudah hampir mencapai garis akhir dan sertifikasi MSC sebentar lagi akan berada dalam genggaman kita. Ini adalah momen penting bagi semua yang terkait dan tonggak yang sangat penting bagi sektor perikanan tuna dan rantai pasok perikanan Indonesia yang lebih luas. Bersama dengan KKP, harapan utama IPNLF adalah sertifikasi pertama ini dapat membuka jalan bagi sejumlah usaha perikanan lain di Indonesia dan tentu saja, negara-negara lain di kawasan ini untuk mendapatkan sertifikasi MSC. Dengan adanya sertifikasi MSC kita dapat menciptakan momentum untuk terus mengusahakan industri perikanan dengan pengelolaan yang lebih baik dan kelestarian lingkungan yang lebih besar.”

 

Tentu saja ada banyak peluang untuk mencapai tujuan besar ini. Misalnya, di sektor tuna one-by-one saja, berkat kemitraan dengan Walton Family Foundation, David and Lucile Packard Foundation, IPNLF, Asosiasi Perikanan Pole & Line dan Handline (AP2HI) dan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI), diharapkan bahwa enam perusahaan perikanan one-by-one Indonesia akan berada di bawah penilaian MSC pada akhir tahun depan. “Langkah selanjutnya akan dimulai dari perbaikan yang dilakukan oleh perikanan tuna di Sorong. Kita harus memanfaatkan energi baik dan sikap kolaboratif dari para pemangku kepentingan untuk membawa lebih banyak industri perikanan tuna Indonesia ke dalam penilaian penuh oleh MSC. Untuk mewujudkan tujuan ini, penting bagi organisasi konservasi dan pemangku kepentingan lainnya untuk terus menjaga ritme bekerja bersama – mengumpulkan pengetahuan, keahlian, dan sumber daya mereka. Pendekatan kolaboratif semacam itu akan memaksimalkan upaya kolektif yang efektif dalam membantu nelayan dan masyarakat pesisir” kata Purves.

 

Sebagai contoh pendekatan kolaboratif yang diikuti oleh IPNLF dengan organisasi lain adalah mengenai MOU yang ditandatangani dengan WWF-India untuk memastikan kedua belah pihak bekerja sama atas nama perikanan tuna cakalang one-by-one di Lakshadweep, sebuah kepulauan tropis di Laut Laccadive, di lepas pantai Kerala, India. Tujuan utama komitmen ini adalah untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mengembangkan potensi ekonomi maupun sosial perikanan tuna berbasis tradisional ini. IPNLF dan WWF-India percaya bahwa jika dikelola dengan baik, perikanan Lakshadweep akan menjadi manfaat yang tak ternilai bagi komunitas di kawasan dan tentu saja, perkembangan ekonomi komunitas pesisir secara keseluruhan. Strategi ini juga mencakup usaha untuk ikut serta dalam mendapatkan sertifikasi MSC. “Kesepakatan yang baru-baru ini dibentuk untuk perikanan tuna di Lakshadweep membuktikan bahwa sektor perikanan adalah prioritas utama bagi kami. Baik IPNLF dan WWF-India ingin membantu membangun sektor perikanan tuna one-by-one yang lebih kuat dan lebih berdaya saing secara komersial untuk wilayah Lakshadweep. Sementara kami sadar bahwa setiap industri perikanan dan rantai pasokan adalah unik dan memiliki tantangannya sendiri, maka kami tingkatkan kerjasama dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan manfaat yang lebih luas,” kata Purves.

 

 

[ENDS]

 

 

This article was originally published on the IPNLF website